Rabu, 20 Juni 2012

Safety Net Financial

ASURANSI

Mendengar hal itu, saya jamin akan BANYAK sekali orang yang tidak tertarik atau merasa belum perlu. Yup, memang benar. Tetapi sepertinya karena banyak yang belum mengerti akan makna dan pentingnya asuransi.

Ada beberapa hal yang dikemukakan beberapa orang tentang asuransi. *hal ini saya dapat dari survey kecil-kecilan tentang pendapat mereka terhadap asuransi*

- Bagi yang belum berkeluarga, BIASANYA mereka kurang tertarik. Ada beberapa yang terpikir untuk membuat asuransi pendidikan bagi anaknya kelak. Tapi itu pun "nanti bikinnya" bukan "saya bikin dari sekarang". Ada juga yang sama sekali tidak tertarik karena memang masih merasa belum perlu membuatnya.
- Bagi yang sudah memiliki anak, BIASANYA mereka lebih tertarik untuk membuat asuransi pendidikan untuk anaknya, daripada asuransi kesehatan/jiwa bagi mereka sendiri. Memang anak lebih berharga daripada diri sendiri. BIASANYA belum membuat polis asuransi pendidikan itu karena income mereka yang belum cukup. "Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sepertinya sudah 'sesak nafas' apalagi untuk bayar polis?"
- Bagi yang sudah berkeluarga, BIASANYA mereka sudah sempat berpikir untuk membuatnya. Tetapi hanya sekedar "berpikir" atau "berniat" bukan "merasa penting". Seperti kebanyakan orang, mereka lebih memilih membuat asuransi pendidikan untuk anak mereka kelak. Berhubung belum dikaruniai anak, ya mereka belum mau membuat asuransi pendidikannya.

Dari beberapa "persepsi" masyarakat akan asuransi di atas, ya kesimpulannya masih banyak yang merasa belum perlu membuat asuransi.

Kalau saya boleh menganalogikan, orang-orang yg masih belum merasa perlu itu seperti..hmmmm seperti orang beli mobil tetapi tidak punya alarm dan kunci stang. Atau seperti orang memiliki rumah tetapi tidak punya gembok pagar. Atau orang yang memiliki 10 pintu di rumah, tetapi tidak punya kunci dari 10 pintu itu.

Punya atau tidak punya, itu TOTALLY keputusan dan hak semua orang. Toh yang memutuskan tidak membeli gembok pagar rumah untuk rumahnya sendiri adalah dirinya sendiri, bukan larangan dari orang lain. Dengan kita memiliki rumah, mobil, atau aset lainnya, baiknya ya sudah mengerti akan resiko dari seluruh aset yang kita punya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita perlu income atau pendapatan, betul? Entah dengan bekerja atau berbisnis (membuka usaha). Kalau income itu dikelola dengan baik, akan menjadi sebuah aset toh. Misalnya dengan mengatur keuangan tiap bulannya, kita sudah bisa memiliki apartemen yang bisa disewakan, atau punya mobil tambahan untuk liburan sekeluarga besar, atau rumah di daerah lain, atau ruko, atau tanah. Nantinya aset-aset itu akan diwariskan toh. Untuk yang sudah punya anak, bisa diwariskan ke anak. Untuk yang belum berkeluarga, bisa digunakan ke keluarga inti (ayah-ibu-kakak-adik). Untuk yang sudah berkeluarga, bisa diwariskan ke pasangan kan.

Pertanyaannya adalah :

Apa yang terjadi JIKA income itu HILANG atau STOP seterusnya?

Pastinya kebutuhan hidup bisa tidak terpenuhi, padahal tanggungjawab ekonomi kita cukup besar. Bagi yang masih single alias lajang, kita pasti bisa memberi uang belanja kepada ibu, tambahan uang untuk membayar listrik, telp, internet, tv kabel, pulsa kedua ortu, atau biaya beli bensin/bengkel ayah. Bagi yang sudah berkeluarga tetapi belum punya anak, pastinya akan lebih besar tanggungjawabnya. Untuk bayar cicilan rumah, bayar cicilan mobil/motor, bayar listrik, bayar telp, bayar iuran bulanan di rumah (misalnya iuran sampah, keamanan, dll), bayar tagihan kartu kredit, beli bahan makanan, liburan weekend, shopping, dan lain sebagainya. Bagi yang sudah memiliki anak, itu akan jauh lebih besar tanggungjawab ekonominya. Karena ada tanggungan anak. Beli susu, beli bajunya, makannya, pendidikannya, hiburannya, dsb.

Terbayang kah kalau orang-orang yang biasanya bergantung pada income kita itu akan mengalami kesusahan atau penurunan daya hidup? Hanya karena kita sudah tidak bisa menghasilkan income lagi. Tega kah kita memutuskan uang belanja untuk ibu yang sudah cukup lanjut usia, tega kah membebankan lagi tanggungjawab ekonomi kepada mereka? Pastinya TIDAK. Itulah pentingnya income yang kita punya. Kalau boleh dianalogikan, kita itu seperti mesin ATM yang bisa sewaktu-waktu mengeluarkan uang. Ortu tiba-tiba meminta kita mengeluarkan uang sekian rupiah. Akan kah kita berikan? Selagi bisa, PASTI kita berikan. Betul?

Biasanya, apa saja sih yang menyebabkan income itu HILANG atau STOP?

1. Bangkrut, bagi yang memiliki usaha.
2. PHK, bagi yang karyawan. (Resign tidak saya masukkan, karena itu berasal dari diri kita)
3. Meninggal dunia (innalillahi...semua makhluk hidup itu PASTI akan kembali pada-Nya. semua orang punya tanggal lahir, tetapi tidak punya tanggal kematian.)
4. (amit-amit, jangan sampai kejadian) Cacat tetap-total.
5. (amit-amit juga deh) sakit kritis

Kalau terjadi poin no.1 dan 2, walaupun mengalami kehilangan atau stop income, pasti kita akan berusaha lagi supaya income itu akan tetap ada. Supaya kebutuhan hidup itu akan tetap berjalan. Tetapi jika yang terjadi adalah poin no.3, 4 dan 5?

Jawabannya cuma 1 : punya mesin "ATM" cadangan.

Fungsinya apa? Supaya kebutuhan hidup itu AKAN TETAP berjalan. Itulah fungsi dari Safety Net Financial.
Menghitung resiko keuangan yang sebanding dengan resiko hidup seseorang atau sebuah keluarga. Kenapa keluarga saja, bukan perusahaan atau badan usaha lain? Karena setiap badan usaha atau perusahaan, memiliki perencanaan keuangan sendiri. Seorang individu atau keluarga belum tentu memiliki perencana keuangan. Bahasa mudahnya adalah, fungsi Safety Net Financial itu adalah untuk membuat mesin ATM cadangan.

*besarnya mesin ATM cadangan setiap orang BELUM TENTU sama --> karena kebutuhan hidupnya belum tentu sama pula*

Kembali lagi dengan sedikit pembahasan di atas, yaitu tentang asuransi.
Apa sih hubungannya Safety Net Financial dengan asuransi?

Pertanyaan bagus. Yup, karena konsep dasar asuransi adalah Safety Net Financial. Kasarnya adalah seperti membuat mesin ATM cadangan tadi. Maaf, bukan karena saya seorang agen asuransi di Prudential, lalu saya lebih mempromosikan dan 'terkesan' hanya Prudential lah yang terbaik di Indonesia. BIG NO. Semua perusahaan asuransi hampir sama, ada kelebihan dan kekurangannya. Jadilah konsumen bijak sebelum memutuskan. Jika Anda sempat ditawari oleh seorang agent dari Prudential misalnya, carilah kekurangan dari produk-produk Prudential. Akan tidak etis tapinya jika ditanyakan langsung ke pihak penjual.

Semua jenis asuransi sebenarnya memiliki konsep yang sama, yaitu menjamin tersedianya keuangan ketika kita tidak bisa mengeluarkannya secara mendadak. Betul, seperti membuat mesin ATM cadangan. Itulah yang kurang dimengerti oleh kebanyakan orang.


Selamat membuat mesin ATM cadangan Anda.
:)

Senin, 18 Juni 2012

My BIG Dream

Setiap orang memiliki mimpi masing-masing. Begitu pula dengan ku yang sepertinya cukup tidak wajar masih memiliki impian seperti anak kecil yang bermimpi menjadi putri kerajaan yang hidupnya selalu serba ada.
No.
I'm not like that, actually :)

Memang, ketika aku membandingkan dengan teman-teman sebaya, sepertinya hanya diriku yang memiliki mimpi seperti ini. Malu sih sebenarnya kalau aku ditanya, "Apa mimpimu?"
Sahabat-sahabat dan keluarga ku sih mengetahuinya dengan sangat jelas. Aku memimpikan bekerja di sebuah perusahaan televisi nasional yang memiliki nama kembar. Yah, sebenarnya mereka berbeda, tetapi mereka berada di 'payung' yang sama. Kebanyakan orang sering menyebut yang satu dengan nama satunya lagi. Yah, karena memang mereka menganggap bahwa kedua televisi itu sama saja, hanya beda nama belakang.

(Aku masih tidak mau langsung menjawab ya? Hehehe ya itu. Ya aku masih cukup malu untuk mempublikasikan ke masyarakat umum. Terkadang, ketika bertemu dengan sahabat lama, untuk mengatakan mimpiku ini pun cukup sulit. Bahkan mereka yang sudah mengetahuinya pun sepertinya cukup tidak mengerti mengapa aku memiliki mimpi ini. Tidak ada tujuan pasti dan jelas. Kecuali sahabat-sahabatku yang sangat mengenal siapa aku saat kuliah dulu.)

Sebelum membahas mimpiku. Aku akan bercerita tentang asal mula mengapa akhirnya aku 'kepikiran' untuk memiliki mimpi ini.

**********************************************************************************

Aku dulu kuliah di sebuah perguruan tinggi di kota hujan. Secara keilmuan, kampusku tidak 'nyambung' sama mimpi besarku. Seperti yang sudah aku jelaskan di atas, mimpi ku di dunia pertelevisian. Ilmu pertanian tidak 'nyambung' dengan dunia impian ku. Kenapa aku tidak berkuliah saja yang berhubungan dengan dunia pertelevisian? Inilah yang akan kuceritakan.

Tahun pertama kegiatan ku seperti mahasiswa tingkat satu pada umumnya. Kuliah, mengerjakan tugas, pulang ke rumah, kuliah lagi,  have fun, mengerjakan tugas, pulang ke asrama, pulang ke rumah, praktikum, have fun, mengerjakan tugas, pulang ke rumah, dan seterusnya.  Asrama? Ya. Karena kampus ku mewajibkan mahasiswa tingkat pertama untuk berasrama. Manfaatnya sih banyak ya. Intinya adalah beradaptasi, 'pindah' habit dari lingkungan rumah menjadi lingkungan perkuliahan-kampus. 

Di tahun pertama kami belum mendapat jurusan. Oleh karena itu dinamakan TPB (Tingkat Persiapan Bersama). Seperti kampus pada umumnya. Ada organisasi kemahasiswaan ataupun UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) - seperti ekstrakurikuler di SMA - yang bisa diikuti semua mahasiswa TPB. Kegiatan yang aku pilih adalah UKM Lensa, ekstrakurikulernya fotografi. Kenapa? Aku sangat menikmati gambar hasil jepretan sebuah lensa yang dipoles teknologi yang hasilnya bisa sangat "keren" di mataku. Sebuah tetesan air pun bisa sangat menakjubkan jika kita bisa memotretnya dengan sangat apik. Hal yang biasanya tidak diperhatikan orang, melalui sebuah foto bisa jadi lebih menarik dan bernilai. Misalnya ya tetesan air/embun itu. Sekilas embun tidak indah dipandan, tetapi fotografer bisa membuatnya sangat amat indah. Karena itulah aku masuk UKM Lensa. Aku INGIN bisa memotret dengan apik dan profesional. Tetapi itu tidak bertahan lama. Karena UKM itu (maaf ya) terlalu sering kasih materi lisan dan tulisan, amat jarang prakteknya. Aku pun hanya mengikuti beberapa kali prakteknya. 

Mengikuti organisasi kemahasiswaan? Tidak tertarik. Karena saat itu persepsiku organisasi kemahasiswaan itu identik dengan demonstrasi di jalan-jalan dan menjadi aktivis politik yang suka berteriak-teriak di jalanan dan membuat jalan semakin macet. "No way" kataku akan organisasi kemahasiswaan. Apalagi masuk BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) TPB. Big NO deh.

Begitu masuk tahun kedua, aku pun baru merasakan nikmatnya organisasi. Hmmmm....mungkin "Kepanitiaan" tepatnya. 

Ceritanya, aku dan beberapa sohib TPB (kami pun menempati kost yang sama) iseng ikut kepanitiaan salah satu acaranya BEM KM, program kerja dari Kementrian BOS (Budaya, Olahraga dan Seni). Nama acaranya COOKIES. Kebetulan ketua acaranya satu fakultas denganku. Salah satu dari kami adalah teman sekelasnya alias satu jurusan dari ketua acara itu. Alasan kami cukup sederhana, kalau nanti butuh sesuatu akan lebih mudah mengkomunikasikan kepada ketua acara karena kami punya link itu. Kami pun mengikuti aturan main jika ingin menjadi panitia acara, yaitu mendaftar. Kami pun berangkat bersama dari kosan menuju tempat wawancara, yaitu di Sekret (kependekan Kesekretariatan) BEM KM. Dari proses wawancara itu, aku diterima di Divisi PDD (Publikasi, Dokumentasi, Dekorasi).

Kebetulan si pewawancara adalah koordinator PDD. Alasan dia memasukkan ku di divisi itu adalah karena background pengalamanku. Dulu sewaktu SMA, aku memang terlibat di Mading sekolah dan sempat menjabat sebagai Wakil Ketua. Aku pun pernah menjadi salah satu juru foto saat acara orientasi siswa di SMA dulu. Ditambah aku pernah mengikuti UKM Lensa yang berhubungan dengan foto. Saat proses recruitment itu pun aku menjabat sebagai ketua divisi Creative Design di Mading jurusan (kebetulan aku adalah angkatan pertama di jurusan yang masih baru itu, pastinya kepengurusan ada di tangan kami). Aku pun dengan jujur dan santai memberitahukan kalau hobiku memang menggambar, menghias-hias sesuatu, membuat kerajinan tangan dari barang-barang bekas, dan sebagainya. "Seni rupa" lah hobiku. Mungkin dengan alasan-alasan itu pula aku ditempatkan di divisi PDD.

Saat RG (Rapat General, yang dihadiri oleh seluruh panitia) kedua, aku diberi tanggungjawab cukup besar. Koordinatorku membagi PDD menjadi 3 tim : tim Publikasi dengan penanggung jawab si A, tim Dokumentasi dengan penanggungjawab si B, dan tim Dekorasi dengan penanggungjawabnya aku. Kaget bukan kepalang. Dan stress juga sih. Itu adalah acara PERTAMA yang aku ikuti di kampus dan langsung mendapat tanggungjawab lebih besar daripada teman-teman PDD lainnya. "Kenapa mesti gw sih? Kenapa nggak yang lainnya aja yang udah pernah ikut ini-itu? Gw kan baru pertama terjun di kepanitiaan besar kaya gini."

Aku lah yang bertanggungjawab atas segala macam kegiatan Dekorasi yang dilakukan seluruh anggota PDD. Menentukan seperti apa dekorasinya, apa konsepnya, bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan, kapan dimulai proses dekornya. Awalnya aku mengira hanya mendekor panggung utama acara. Tetapi setelah beberapa kali RG (alhamdulillah aku selalu hadir tepat waktu, paling yg kurang adalah suka lupa bawa catatan hehehe) ternyata aku pun harus mendekor stand (jauh sebelum acara inti, kami harus membuat stand beberapa kali untuk publikasi dan untuk stand pendaftaran, karena kebetulan acaranya perlombaan) dan ruangan untuk semua lomba. Makin panik karena merasa tugasnya semakin banyak dan tanggungjawabnya semakin besar juga. Untungnya Mading jurusan diterbitkan dua minggu sekali. Kalau seminggu sekali terbit,

Aku merasa ada dua pikulan di pundakku. Acaranya BOS dan Mading jurusan. Belum lagi kalau rapat. Di COOKIES, rapat divisi PDD jauh lebih sering daripada RG-nya, dan pasti malam hari (karena malam hari tidak ada jadwal kuliah). Yang paling menyebalkan adalah aku sering hadir di Rakor (rapat koordinasi, yang hanya dihadiri oleh ketua BOS, ketua acara, bendahara acara, sekretaris acara, dan koordinator setiap divisi) mewakilkan Koordinator PDD. Sampai pernah ada sebutan wakil Koordinator PDD saking seringnya hadir Rakor. Rapat Mading masih bisa ditolerir karena lokasi dan waktunya bisa didiskusikan setelah keluar kelas atau sebelum masuk kelas perkuliahan. Biasanya rapat Mading siang di sela-sela kuliah dan dilanjutkan sore atau esok harinya. Alhamdulillah tidak bentrok.

Karena jurusanku masih baru dan aku angkatan pertama, pembentukan organisasi jurusan yang lebih umum dikenal dengan Himpunan Mahasiswa dilakukan oleh teman-temanku. Aku pun tidak turut andil besar di dalamnya. Selain karena sudah cukup sibuk, aku pun kurang tertarik dengan pembentukan peraturan dan SOP himpunan mahasiswa jurusan. Paling hanya sekedar membantu ala kadarnya, jika dimintai tolong. Walaupun juga terkadang diminta ikut hadir dalam rapat-rapat pembentukannya. 

Karena aku merasa memiliki tanggungjawab (cukup) besar di acara BOS, seakan-akan hidup ku di kampus hanya untuk acara itu. Di kelas pun aku lebih memilih mengerjakan tugas acara BOS daripada memperhatikan dosen menerangkan (hehehe JANGAN DITIRU yaaaaa). Keluar kelas kuliah pun biasanya untuk diskusi tugas (individu maupun kelompok) kuliah/praktikum. Karena dari jurusanku hanya aku yang terlibat acara BEM KM itu, jadinya ya hanya aku yang kegiatannya paling beda sendiri. Di saat teman-teman lain tidak ada tugas kuliah (bisa mengobrol santai dan bebasnya), aku masih 'ditemani' kertas-kertas tugas acara BEM KM. "All out" sepertinya tepat untuk mengomentari habit baruku itu. Ya karena itulah prinsipku. Jika sudah terikat dengan suatu pekerjaan atau acara, ya lakukan dengan profesional. Karena ini tanggungjawab pertamaku, aku ingin bisa dan tidak mengecewakan banyak pihak. Makanya (terlihat) aku lebih "all out" untuk acara itu. Untuk mendekor panggung utama di puncak acara pun aku tidak tidur malam karena memang tidak bisa. Kalaupun dipaksa tidur, tidak akan tenang karena tugas mendekor belum selesai. Bukan hanya panggung yang didekor, tetapi beberapa spot yang memamerkan hasil-hasil perlombaan juga harus didekor. Bahkan ketika esoknya, siang hari, satu setengah jam sebelum acara dimulai, saat breefing panitia, hanya aku satu-satunya panitia yang tidak menggunakan kaos panitia dan masih 'kusut' karena belum tidur dan belum mandi. Acara dimulai dari siang sampai malam hari. Saat acara dimulai, aku pun meminta ijin pulang ke kosan. Sebenarnya aku dapat ijin langsung dari ketua BOS untuk tidak mengikuti acara sampai sore, tetapi ijin itu tidak kupergunakan. Hanya satu jam ijin "bebas tugas" yang kupergunakan, itupun sudah bisa rebahan cukup lama di kosan. Begitu sampai di lokasi acara lagi, aku pun sempat 'disemprot' sama Koordinator, padahal mestinya aku di kosan beristirahat. Ketua BOS pun hanya menggeleng-geleng ketika melihatku sudah standby di pinggir panggung dengan handycam di tangan.

Sontak dengan kelakuan itu, namaku semakin populer di kalangan teman-teman staff BOS. Kerja keras ku pun membuahkan hasil. Aku diberi "tiket istimewa" untuk masuk BOS tanpa proses apapun, hanya membawa fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa dan foto (kalau ada). Tapi aku menolak tiket itu. Sebagai gantinya, aku minta diperbolehkan ikut kepanitiaan acara BOS lagi tanpa wawancara. Dan itulah yang terjadi. Dari COOKIES inilah aku menemukan "duniaku". Aku mencintai dunia ini, sangat menikmatinya. Sayang rasanya kalau selesai satu acara, lalu 'diam' saja tidak ada kegiatan di luar perkuliahan.

Setelah acara itu selesai, seperti orang kecanduan, aktivitas ku pun tidak berhenti. Walaupun aku tidak ambil andil besar dalam proses pembentukan himpunan mahasiswa jurusanku, tetapi untuk kegiatan promosi jurusan akupun dilibatkan. Mungkin karena kinerja ku di acara COOKIES, aku pun seperti "tidak disia-siakan" oleh teman-teman formatur. Merekalah yang mempromosikanku kepada dosen-dosen. Di jurusan pun aku terkenal dengan julukan Miss PDD. Pokoknya kerjaan yang berhubungan dengan dekorasi, publikasi (design poster-spanduk-flier, tempel-menempel pengumuman/flier) dan dokumentasi (merekam dengan handycam, foto) pasti 'dilimpahkan' kepadaku. 

Begitu pula dengan kegiatan orientasi mahasiswa baru di jurusan, MPD (Masa Perkenalan Departemen). Di kampus, istilah "jurusan" diganti dengan istilah "departemen". Aku pun ditunjuk sebagai Koordinator-nya. MPD dan COOKIES sempat bentrok jadwalnya. Itu lah saat aku merasa hectic pertama kalinya. COOKIES, MPD dan Mading harus berjalan baik. Setelah MPD selesai, aku merasa sedikit libur karena tidak ada acara kepantiaan. Tidak lama berselang, terbentuk Himpunan Mahasiswa IKK (jurusanku) atau yang disebut HIMAIKO. Selain itu juga telah terbentuk BEM FEMA (BEM di tingkat fakultasku). 

  Keluarga besar HIMAIKO





Keluarga besar BEM FEMA Kabinet Laskar Pelangi




Rekan-rekan PBOS BEM FEMA Kabinet Laskar Pelangi











Di Himaiko pun aku ditunjuk sebagai Ketua English Club (Mading tetap berjalan, karena tidak dibawahi oleh Himaiko saat itu). Di BEM FEMA pun aku mendaftarkan diri sebagai staf PBOS (Pengembangan Budaya, Olahraga dan Seni). Seperti yang telah aku jelaskan sebelumnya, aku merasa kecanduan aktivitas acara kampus. Di saat-saat HIMAIKO dan BEM FEMA sering rapat untuk pembentukan program kerja, divisi BOS BEM KM pun menyelenggarakan acara lagi. FUTNAS (Futsal Nasional) 2007. Aku pun mengetahuinya dari pengumuman OR (Open Recruitment)-nya. Ketika tidak sengaja bertemu dengan ketua acara, aku pun mengatakan bahwa bersedia ikut bantu kepanitiaan lagi. Aku minta dikabari lagi tentang posisiku di divisi apa. Pertemuan kedua aku pun diberikan "tiket istimewa" versi lain, yaitu dibebaskan memilih divisi apapun tanpa proses wawancara. Aku pun mencoba divisi acara. 

Selagi HIMAIKO dan BEM FEMA masih membahas proker, aku sudah mulai ikut persiapan FUTNAS. Yup, semakin banyak rapat, semakin banyak waktu tersita, semakin besar energi yang dikeluarkan, semakin banyak uang jajan terpakai acara dan rapat ini-itu, semakin besar peluang sakit, semakin banyak tugas, tetapi semakin banyak teman dan semakin mengasah otak kanan. Puas rasanya walaupun memang capek.


Suasana rapat Family and Consumer Expo 2008





Salah satu rangkaian acara Family and Consumer Expo 2008




Seminar sebagai salah satu rangkaian acara Family and Consumer Expo 2008












Sebelum FUTNAS selesai, peresmian proker BEM FEMA dan HIMAIKO pun mulai berjalan. HIMAIKO hanya memiliki satu proker acara besar. Kegiatan English Club pun mulai berjalan (hanya dikerjakan oleh 3 org, walaupun lebih sering aku dan satu teman juniorku). PBOS mulai mempersiapkan untuk OR proker pertama. Setelah FUTNAS 2007 selesai, proker pertama PBOS pun mulai dipersiapkan yaitu perlombaan olahraga di fakultas kami, E'SPENT (Ecology Sport Event). Proker PBOS pun seperti tidak kenal "bernafas sejenak". Selesai E'SPENT, proker kedua pun dipersiapkan, CRESO (Create Song) lomba cipta lagu bertema ekologi. CRESO belum selesai, HIMAIKO pun mulai mempersiapkan OR proker utama. Saat CRESO selesai, persiapan proker utama HIMAIKO pun dimulai, yaitu Family and Consumer Expo 2008. Selesai CRESO, PBOS mulai persiapan OR sekaligus proker selanjutnya, FAMNITE (Familiarity Nite). FAMNITE selesai terlebih dahulu, karena acara proker HIMAIKO pun memakan waktu satu minggu.

Bersama teman-teman satu fakultas saat Pembukaan E'Spent





Bersama beberapa teman Panitia E'Spent (plus staff PBOS BEM FEMA)





 






 Acara FAMNITE













Hanya di E'SPENT aku menjadi Koordinator Acara. Sisanya, selalu menjadi Koordinator PDD. Malah di jurusan seangkatanku, aku dijuluki "Kodok" alias Koordinator Pubdekdok. Hampir dua tahun lebih aku menjalani dunia itu. Akhir tahun 2007 sampai pertengahan 2008 adalah waktu TER-hectic dalam hidupku. Amat sangat teramat banyak waktu yang bentrok antara kegiatan satu dengan lainnya. Yang paling lucu adalah ketika rapat PBOS dan HIMAIKO di waktu dan lokasi yang sama. Aku pun bolak-balik di antara dua rapat itu. Teman-teman pun memaklumi 'mondar-mandir' yang aku lakukan waktu itu. Banyak hal-hal lucu yang terjadi di semua acara yang aku bantu. Moment-moment itulah hal yang paling menghibur di tengah kepenatan dan kelelahan kami semua panitia. 

Banyak yang aku korbankan dari semua kegiatan itu. Setelah proker terakhir PBOS dan HIMAIKO selesai pun, aku tidak berhenti bekerja 'behind the sceen'. Terkadang satu malam full dipakai untuk membantu dekorasi Hari Pelepasan Sarjana senior, kadang beberapa hari terlibat di divisi acaranya. "Tidak ada hentinya" mungkin itu yang cocok di-'tempel'kan pada diriku. Banyak yang aku korbankan. Dua hal yang paling (terkadang) aku sesali sampai saat ini adalah nilai IPK yang 'jeblok' alias sangat jelek dan kehilangan seseorang yang spesial (pada saat itu). Jujur, aku lebih mencintai dunia itu daripada perkuliahan. Ego mengalahkan logika saat itu. Aku lebih mengejar aktualisasi di berbagai acara daripada aktualisasi perkuliahan. Banyaknya kegiatan juga menyebabkan penurunan kuantitas serta kualitas komunikasi antara aku dan seseorang yang special saat itu, yang menyebabkan hubungan kami mulai berantakan. 

Aku sempat merasakan fase "istirahat" dan "capek" dengan dunia itu. Lebih dari dua tahun badan dan pikiranku terkuras, saat tidak ada jadwal kuliah alias mulai menyusun proposal penelitian itulah aku memutuskan untuk berhenti dari kegiatan-kegiatan itu. "Saatnya regenerasi. Biarkan teman-teman junior yang menggantikan posisi-posisi kami dan melanjutkan proker-proker lainnya," pikirku. Tapi kecintaanku akan dunia itu tidak hilang. Bahkan, di tengah-tengah aku mengolah data penelitian pun, aku terlibat lagi dalam acara reuni akbar SD angkatan kami. Cukup menyita waktu, karena harus beradaptasi lagi dengan mereka yang sudah lebih dari 10th tidak bertemu. Penelitian di Bogor, sedangkan teman-teman SD (dan juga rumahku) di Bekasi. Jarak yang cukup jauh untuk berkoordinasi. 

Karena kecintaanku akan dunia itu, aku pun memutuskan untuk bekerja di perusahaan televisi yang aku taksir. Mengapa stasiun TV itu? Simple. Karena stasiun TV itu lah yang paling sering ditonton di rumahku (kecuali bapak yang lebih menyukai televisi informasi lainnya). Alasan kedua adalah (setahuku saat itu) kualifikasi untuk masuk adalah "All Major". Ya, karena jurusanku baru, belum dikenal oleh masyarakat dan juga sangat tidak berhubungan dengan ilmunya. Menurutku, sistem dasar dari pekerjaan di tv itu hampir sama dengan dunia ku di kampus. Berkoordinasi dan bekerja sama supaya acara berjalan dengan lancar. Mengatur waktu dan rencana, mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan, rapat, susun jadwal, meminimaliskan pengeluaran supaya budget tidak minus tetapi acara tetap bisa berjalan, negosisasi dengan pihak luar, dan sebagainya. Mungkin perbedaan hanya posisi/divisi, alat yang digunakan, sasaran program.




Sengaja tidak ku ingat berapa kali memasukkan lamaran ke televisi kembar itu. Sampai saat ini pun aku belum berhasil menjadi bagian dari keluarga besar televisi kembar itu. Bukan bertemu dengan para selebritis/artis yang ku inginkan. Tetapi aktualisasi diri dan terus berkarya yang ku inginkan. Kudengar sistem kerja di sana sangat disiplin dan no rooms for errors. Kabar itu tidk mematahkan keinginanku. Kurasa bagus kalau bekerja dengan budaya kerja seperti itu. Usia muda sebaiknya memang digunakan untuk berkarya dan penuh kegiatan supaya tidak membekukan otak kanan.

Tidak sedikit kabar yang mengatakan bahwa bekerja di sana sangat tidak menyenangkan. Salary kecil, jadwal kerja lebih tidak manusiawi dibandingkan kantoran umumnya, jam kerja yang bisa lebih dari 12 jam bahkan bisa hampir 24 jam sehari, sangat disiplin dan ketat akan peraturan, bahkan biasanya para crew hanya bertahan paling lama 2 tahun kemudian pindah ke perusahaan televisi lainnya. Hampir tidak pernah aku mendengar "enaknya kerja di sana tuh ini..itu.." dari kebanyakan orang. Hal yang paling sering terdengar adalah gaji kecil dan banyak yang pindah karena tidak betah dengan budaya kerja. Malah ada yang sempat berkomentar, "Seragam sih boleh keren, tapi gajinya jauh dari keren."

Cukup frustasi sebenarnya. Karena sisi positif dari pekerjaan itu hanya berasal dari diriku sendiri. Kepuasan dan aktualisasi tidak bisa dibayar dengan uang, itu menurutku. Segala macam kabar negatif yang kuterima langsung kupatahkan dengan anggapanku sendiri. Pulang larut malam? Aku dulu juga malah sering pulang malam karena acaranya sampai malam jam 12 (baru sampai kosan jam satu), rapatnya sampai malam, proses mendekornya sampai subuh, dsb. Sering tidak tidur dan begadang? Aku dulu juga hampir setiap malam (kecuali sabtu malam) bisa tidur jam tiga pagi hanya untuk mengerjakan tugas-tugas acara (karena dulu aku sangat kesulitan untuk meminta tolong teman-teman lainnya, sebagian besar kukerjakan sendiri. Baru di akhir kepengurusan, aku berani untuk mendelegasikan beberapa tugas ke teman-teman junior.). Gaji kecil, mau hidup dari mana kamu Piel? Allah SWT Maha Kaya. Toh aku pun telah menjadi seorang agen asuransi Prudential dimana bisa dijadikan side-job dan bisa memperoleh tambahan pemasukan dari komisi yang kuterima setiap bulan. Kerja rodi dan tidak kenal lelah? Dulu untuk mengatur dan menjalankan setumpuk acara proker pun sangat melelahkan, karena akan selalu (dan pasti) ditambah sama tugas kuliah/praktikum (baik tugas individu maupun tugas kelompok). Tugas kuliah seperti tidak pernah ada habisnya. Alhamdulillah aku tidak pernah sampai dirawat inap karena terlalu diforsir tenaganya. Paling parah cuma flu disertai pusing dan panas yang mengharuskan diriku bedrest satu hari alias ijin tidak masuk kuliah satu hari. Insya Allah nantinya pun (kalau masuk) tidak akan berbeda jauh dengan kegiatanku dulu. Mungkin akan lebih capek karena mungkin bisa melakukan perjalanan jarak jauh dan medan yang cukup berat.

Entahlah. Hanya Allah SWT yang mengetahui karirku akan seperti apa. Aku sebagai manusia hanya bisa berusaha dan terus berusaha. Jadi teringat komentar ibuku (setelah sudah beberapa kali aku terus melamar dan belum pernah berhasil) ketika aku melamar (lagi) di televisi kembar itu, "Kamu apa nggak bosan? Ituuuuuu mulu, mbok yang lain tho Dek." Terlihat dari expresi beliau yang sangat teramat bosan, capek, lelah dan gregetan karena usahaku belum membuahkan hasil yang manis. Yang kutakutkan adalah mulai berkurangnya ridho ibuku untuk mengijinkanku bekerja di sana. Aku yakin, ridho orangtua adalah ridho Allah SWT.




Senin, 11 Juni 2012

PERTANYAAN sebelum ber-INVESTASI


Sebelum memilih instrumen investasi yang tepat, sebaiknya perhatikan Dua Pertanyaan Dasar berikut:

1.    Apa tujuan investasi yang ingin dicapai ?
2.    Bagaimana toleransi kita terhadap resiko berinvestasi ?

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito bank, serta intrumen pasar uang lainnya adalah instrumen investasi yang relatif rendah resikonya, sehingga umumnya lebih tepat untuk kebutuhan jangka pendek dan cocok bagi orang yang tidak menyukai resiko dalam berinvestasi. Sementara saham adalah instrumen investasi dengan tingkat fluktuasi yang tinggi untuk jangka waktu yang pendek. Oleh karena itu, saham lebih sesuai bagi orang yang siap menerima fluktuasi kinerja investasi yang beresiko lebih tinggi serta memiliki tujuan investasi jangka panjang. Investasi pada obligasi lebih sesuai dengan bagi orang yang memiliki tingkat toleransi menengah terhadap resiko atau orang yang ingin berinvestasi dengan jangka menengah.

Namun mengapa memilih instrumen investasi yang beresiko tinggi jika terdapat instrumen investasi yang beresiko rendah? Prinsip investasi yang berlaku umum adalah semakin tinggi resiko maka biasanya potensi memperoleh keuntungan pun juga lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya. Inilah hukum investasi yang tidak bisa dihindari : Resiko Tinggi = Hasil yang Tinggi (High Risk = High Return), Resiko Rendah = Hasil yang Rendah (Low Risk = Low Return).

Pasar Investasi


Pasar investasi secara garis besar dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu :
1.    Investasi di PASAR UANG

Instrumen investasi di pasar uang bersifat jangka pendek dan memiliki resiko yang relatif rendah. Jenis-jenis instrumen di pasar uang antara lain :
a.    DEPOSITO
Karakteristik berinvestasi pada deposito yaitu : investor menanamkan dana dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam jangka pendek dan memperoleh hasil investasi berupa bunga. Bunga atau hasil investasi dalam deposito ini biasanya kecil sesuai dengan resikonya.

Deposito pun terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1)    Deposito Berjangka
Investor menanamkan dana dalam jangka waktu tertentu (masih tergolong jangka pendek pastinya) dan pada saat jatuh tempo akan menerima kembali dana yang diinvestasikan bersama dengan bunga/hasil investasinya. Jangka waktu pada instrumen ini biasanya tidak lebih dari 1 tahun, dan pada portfolio/surat berharga tersebut akan tertera besar dana yang diinvestasikan, jangka waktu, nama nasabah/investor, serta bunga yang akan didapat pada saat jatuh tempo.

2)    Sertifikat Deposito
Berbeda dengan Deposito Berjangka, pada Sertifikat Deposito ini bunga/hasil investasi akan diterima di awal. Jangka waktu yang digunakan juga kurang lebih sama dengan Deposito Berjangka, yaitu tidak lebih dari 1 tahun. Pada portfolio/surat berharga hanya tertulis besar dana yang diinvestasikan, jangka waktu dan besar bunga. Nama nasabah/investor tidak tertulis, oleh karena itu Sertifikat Deposito dapat diperjual-belikan.

b.    SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat pengakuan hutang dari Bank Indonesia. BI akan mengeluarkan surat berharga/portfolio yang sudah tertera nilai dari portfolio tersebut, dengan jangka waktu tertentu, dan besar hasil investasi yang dijanjikan pada saat jatuh tempo.
Jika investor membeli surat berharga ini maka ia akan mendapatkan keuntungan berupa hasil investasi yang berbentuk bunga pada saat jatuh tempo. Bunga pada SBI biasanya berkisar 1% hingga 2% di atas rata-rata bunga bank umum. Tidak tercantum nama nasabah/investor dalam surat berharga ini sehingga dapat diperjualbelikan seperti Sertifikat Deposito.

c.    SURAT BERHARGA
Surat Berharga ini diterbitkan oleh perusahaan umum guna mendapatkan modal untuk pengembangan bisnis atau usahanya. Tidak ada jaminan spesifik dan pasti, karena jika perusahaan tersebut bangkrut atau pailit maka tidak ada jaminan yang pasti juga bagi para investornya. Penjualan Surat Berharga ini biasanya dilakukan melalui perantara bank umum. Pada portfolionya juga tidak memuat nama nasabah/investor sehingga dapat diperjualbelikan. Investasi Surat Berharga ini kurang diminati masyarakat umum karena memberikan hasil yang kecil tetapi memiliki resiko yang relatif besar.

2.    Investasi di PASAR MODAL

Instrumen investasi pada pasar modal ini biasanya memiliki resiko yang relatif besar, namun dapat memberikan hasil investasi yang besar juga. Investasi pada pasar modal sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu panjang (lebih dari 5 tahun) sehingga dapat meredam fluktuasi kerugian investasi yang mungkin terjadi pada jangka pendek.

Instrumen investasi di pasar modal terbagi menjadi :
a.    OBLIGASI
Instrumen investasi yang memberikan hasil investasi tetap berupa bunga atau yang lebih dikenal dengan nama Kupon. Kupon adalah bunga yang didapat pada Obligasi dan besarnya sudah ditetapkan sejak awal, serta tidak dapat diubah hingga jatuh tempo. Walaupun pada saat tertentu nilai Obligasi tersebut mengalami penurunan atau kenaikan, besarnya bunga atau Kupon yang sudah dijanjikan di awal tidak akan berubah hingga saat jatuh tempo.

Obligasi dikeluarkan dengan tujuan agar perusahaan yang mengeluarkannya akan mendapat sejumlah dana untuk mengembangkan bisnisnya dengan menerbitkan dan menjual surat berharga tersebut dan memberikan janji berupa bunga/hasil investasi (Kupon) yang tetap sebagai kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan hingga jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo, perusahaan kembali membeli surat berharga tersebut sesuai dengan nilainya. Oleh karena itu Obligasi juga terkenal dengan sebutan Surat Hutang.

b.    SAHAM
Memiliki saham sama dengan memiliki asset perusahaan itu sendiri. Artinya jika memiliki 70% saham dari satu perusahaan, maka 70% asset perusahaan tersebut menjadi hak pemilik saham tersebut. Jika memiliki saham mayoritas pada suatu perusahaan, tentu saja pemilik saham mayoritas tersebut memiliki hak terbanyak untuk menentukan jalannya perusahaan, dan berhak mendapatkan hasil terbanyak sesuai dengan proporsi Kepemilikan sahamnya.

Dalam hal keuntungan, instrumen investasi ini bisa memberikan keuntungan yang relatif sangat besar, sekaligus memiliki resiko yang besar pula. Keuntungan pada saham disebut juga dengan Deviden. Selain itu, keuntungan pada saham juga bisa didapat dari selisih harga pada saat membeli dengan harga pada saat menjual, atau lebih dikenal dengan Capital Gain. Namun jika harga jual lebih murah dari harga belinya, maka akan terjadi kerugian atau lebih dikenal dengan Capital Loss.