Minggu, 09 September 2012

Penggalauan karena Voldemort

Ada beberapa orang yang mengisi blog-nya dengan curhatan, ada sebagian lagi tentang "news" (alias kabar atau info abour something, entah yang sedang happening atau 'jadul' yang dishare lagi). 

Just as you see, what my blog is. RANDOM alias nggak ada benang merahnya. Ada yang curhat, ada tentang info, ada tentang pendapat.

Postingan kali ini pengen jadi edisi curhat. Biasanya kalau galau, saya suka 'berkicau' di twitter. Tapi di twitter, peluang untuk dibaca oleh temen-temen lebih besar daripada di sini. Eits, apalagi di "buku muka" makin tambah, karena 'link' nya ada pihak saudara (tante, om, sepupu, kakak, dll). Makin kacau kalau beberapa dari mereka membaca. >>> ketauan kalau lebih suka curhat di 'luar' daripada sama keluarga sendiri ;p

Beberapa hari ini "tema" nya adalah nikah, lamaran, jodoh, dsb. Di umur yang sudah seperempat abad ini, sangat wajar (dan khas Indonesia sekali) dan sudah sering ditanya, "Kapan nikah?"
Dalam hati, "Sabar cuy...kalau kata Allah mah belom saatnya. Emang disangka mudah mendapatkan calon mempelai laki-laki."
Kutip iklan salah satu provider : "Katanya jodoh di tangan kita. Tapi KALAU BISA bla bla bla" (terkesan BEBAS tapi tetep prinsipnya 'SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU' pastinya).

Eh tapi kalau ngebahas itu sih ya bakal panjang kali lebar (dikali tinggi pula). Sementara stop dulu pembahasannya.

Sekarang bahasnya tentang seseorang yang sempat mampir di kehidupan saya. Saya dan beberapa sahabat menyebutnya (bukan "memanggilnya" lho) Voldemort yang artinya "dia yang tidak boleh disebut namanya" :D

Yup, he's become my past (seharusnya). Tapi kenyataannya tidak semudah itu. Banyak orang yang bilang, "Yang berlalu biarlah berlalu." Talk is (always) easier than act. Why he still hang on my mind (and my heart)? Sempat berpikir, "It's hard because I love him at the 1st sight." Itu dugaan paling kuat. Tetapi ada sahabat yang bilang, "Karena kamu masih ingin menyimpannya, tidak mengiklaskannya." Helooo...I (still) try my best kok dari dulu. Tetapi kadang suka ada hal-hal yang muncul unpredictable yang bisa mengingatkan saya padanya. Let's see. Dulu dia menyebut saya dengan nama salah satu tokoh kartun (katanya mirip) XY (sebutlah begitu). Ketika tanpa sengaja melihat kartun atau tokoh XY, splash, langsung teringat.

Kejadian paling baru adalah bertemu dengan salah satu sahabatnya di salah satu acara. Kebetulan saya dan sahabat saya itu adalah lulusan "tempat" yang sama. Sebutlah sahabatnya itu si Kumbang. Setelah sekian lama, itu adalah kali kedua bertemu dengan si Kumbang setelah kami lulus. Pertemuan pertama, si Kumbang tidak menunjukkan sikap ramah. Saya justru merasa si Kumbang jadi ikut-ikutan BT sama saya. Pikir saya, "Kenapa lo? Kan yang punya masalah itu gw sama temen lo, kenapa lo juga ikut-ikutan begitu juga?" Semenjak pertemua pertama dengan si Kumbang itu, saya sudah mempatri : "oke, si Kumbang pun kesel sama gw. Fine. Gw ikutin alurnya." Dan saya pun tidak lagi follow si Kumbang. "Toh mention gw nggak direspon dan dia nggak folback gw." Tetapi justru di pertemuan kedua, sikap si Kumbang berbeda 180 derajat, jadi ramah, malah dia yang pertama menghampiri dan mengajak komunikasi. Dan pertanyaan pun semakin banyak. Kalau sebelumnya cuma tanya, "Apa kabar Piel?" saja tanpa merembet ke pertanyaan lain. Sedangkan yang ini ditanya juga tempat kerja, datang dengan siapa. Sedikt lebih kepo daripada sebelumnya. "Kenapa nih anak?" pikir saya cukup heran.

Sejak itu, saya jadi teringat lagi dengan dirinya yang sudah berlalu. Plus timbul kembali doa (dan harapan) dia sudah tidak beku hatinya, dia sudah seperti yang dulu saya kenal, dia bersikap baik kembali. Tak menyangkal, terkadang, masih suka berharap hubungan kami normal seperti dulu dan saling memperbaiki sikap masing-masing. "Bisa nggak ya jadi pendamping gw?" pertanyaan yang suka muncul. Walau terkadang (pula) suka berpikir lagi, "Nggak bakal bisa karena sifat dan karakter kami yang sama. Sama-sama ego tinggi, gengsi, keras kepala, nggak mau kalah, keukeuh sama pendapat sendiri. Kalau disatuin, nggak kebayang." Labil sekali saya ;p
Hati dan logika tidak sejalan X_X

Kejadian hari ini menambah kegalauan saya. Salah satu sahabat saya lamaran. Si empunya acara hanya "terbuka/jujur" sama saya dan satu sahabat kami juga. Berarti si empunya acara hanya mengundang kami berdua karena dia tidak mengabari/bercerita tentang hari bahagianya ini ke teman-teman lainnya. Otomatis dari sebelum jamnya, kami berdua sudah standby. Ketika pihak keluarga besan datang, semestinya si empunya acara keluar sehingga dia sudah di 'luar' saat acara dimulai. Tetapi ini malah duduk dan seperti tidak mau keluar kamar. Grogi dan deg-degan pastinya. Saya pun berusaha memahaminya (karena belum pernah di posisinya) dengan membayangkan saya ada di posisinya. Entah kenapa, justru si Voldemort yang 'mampir' menjadi calon besannya. Kayak saya sedang proses lamaran dengannya.

Selama di rumah sahabat saya itu, saya sebenarnya agak naksir abangnya. Cukup mendekati kriteria calon pendamping (bagi wanita muslim umumnya). Ganteng, pekerjaan jelas, agama oke. "Ini aja ah daripada Voldemort. He's better kayaknya daripada Voldemort," pikir saya di awal-awal. Tetapi setelah cukup banyak mengetahui tentang si abangnya, langsung berubah pikiran. "Nggak deh. Ikhwan banget. Voldemort aja."
>>> Lagi-lagi Voldemort.

Setelah selesai acara, kami bertiga mengobrol banyak. Tiba-tiba si empunya acara bertanya, "Epiel gimana sama si anak jurusan X?" 
"Yang mana? Yang angkatan berapa dulu nih?" karena saya menduga dia salah ingat atau salah persepsi.
"Eh ada dua ya? Oh iya lupa. Yang seangkatan, yang tinggi."
"Oh. Eh itu mah udah lama dibuang ke laut."
"Oh. Masih keep contact?"
"Nggak pernah. Gw pun nggak mau jatuh ke lubang yang sama. The end deh."
"Kalau yang bukan seangkatan?"
"Yaaaaa...entah lah ya. Pengennya sih...ya...begitu."
Bla bla bla. Endingnya jadi membahas lagi tentang Voldemort.
Dan ditutup dengan statement : mau deket sama siapa pun, ujung-ujungnya Voldemort lagi.

Malamnya saya ada acara nikahan teman lama. Kebetulan pulangnya berempat. Dua dari tiga orang itu sudah menjadi suami-istri. Saya dan satu teman lagi nebeng sama pasangan itu. Pembicaraan kami ngalor-ngidul. Terakhir tentang rumah dan tempat tinggal kami nantinya. Sebelum sampai rumah saya, saya pun berkomentar, "Kalau gw mah tergantung laki gw maunya kemana, ngikutin aja." Karena komentar seperti itu, saya pun dapat pertanyaan, "Epiel sekarang sama siapa?"
"Nggak sama siapa-siapa. Tau deh..." dan pikiran saya pun kembali melayang ke Voldemort. Pengharapan saya pun kembali :
"Inginnya sih menikah dengan Voldemort. Kayanya udah mentok di dia. Bisa nggak ya? Semoga ya Allah"


Tema malam ini : Penggalauan Dot Kom
Melihat kenyataannya sekarang, pengharapan saya jauh dari "terkabul". Dengan kondisi kami berdua, hanya dengan keajaiban dari Allah SWT pengharapan bisa terwujud.  


:)

Tidak ada komentar: