Baiknya,
sebelum melakukan investasi, kita pun mengetahui Lima Pertimbangan, yaitu :
1.
Tujuan Investasi
Tujuan investasi yang utama
adalah bahwa setiap orang mengharapkan sesuatu yang lebih layak di masa depan
dari investasi yang dilakukannya. Dengan kata lain mengharapkan keuntungan. Tujuan yang kedua adalah untuk mengurangi tekanan inflasi.
Dari tahun 1980 sampai dengan
2007 terjadi inflasi terhadap ekonomi, jika kita tidak menginvestasikan
uang/dana kita, maka nilai uang kita akan semakin kecil atau di masa depan
tidak akan mendapatkan barang sebanyak yang bisa didapatkan dahulu atau saat
ini. Oleh karena itu dalam melakukan investasi setiap orang berharap dan
menginginkan hasil yang lebih baik dari inflasi yang tengah berjalan.
Contoh :
Jika suku bunga bank adalah 5%
per tahun dan angka inflasi 8,5% maka secara jumlah, uang kita akan bertambah
karena suku bunga, tetapi secara nilai atau daya beli uang, maka uang kita akan
mengalami penurunan yang secara kasar adalah sekitar 3,5%. Oleh karena itu
untuk mengantisipasinya kita harus melakukan investasi dengan tingkat suku
bunga lebih dari 8,5% atau minimal sama dengan tingkat inflasi.
2.
Jangka Waktu Investasi
Jika berbicara tentang jangka
waktu, maka hanya ada dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka waktu
ini pun tergantung pula dari tujuan berinvestasi dan resiko dalam berinvestasi.
Misalnya jika ingin membeli
mobil tahun depan, berarti pilih investasi jangka pendek. Sedangkan jika ingin
mempersiapkan dana pensiun maka bisa melakukan investasi jangka panjang.
Jika kita ingin berinvestasi
pada deposito (instrument investasi jangka pendek), maka kita akan mendapatkan
hasil yang pasti pada saat jatuh tempo dengan resiko yang relative kecil, dan
mendapatkan keuntungan yang juga kecil. Sedangkan jika ingin berinvestasi di
saham (jangka panjang) maka dapat menekan fluktuasi yang muncul di jangka
pendek.
3.
Resiko Investasi
“Apakah kita bisa mengetahui besok Dollar akan naik atau turun, minggu
depan akan naik atau turun, bulan depan akan naik atau turun?”
Kita tidak bisa mengetahui
secara pasti akankah kita untung atau rugi pada saat melakukan investasi.
Kadang bisa rugi kadang bisa untung. Hal inilah yang dimaksud dengan hubungan
resiko dengan pendapatan tidak tetap, atau tidak dapat ditetapkan apakah akan
memperoleh keuntungan atau justru merugi.
Jika ingin mendapatkan
keuntungan yang besar harus siap dengan resiko yang besar pula. Begitu juga
sebaliknya, jika hanya ingin resiko yang kecil maka keuntungannya juga akan
kecil. Konsep inilah yang cukup dikenal dengan istilah High risk, high return
dan Low
risk, low return.
4.
Likuiditas
Likuiditas artinya kemudahan untuk diubah menjadi tunai atau
diuangkan. Supaya mudah diingat, ambil suku kata di depannya (Likuid atau Liquid) yang berarti cair, yaitu mudah dicairkan ke dalam bentuk
uang tunai.
Likuiditas harus disesuaikan
dengan tujuan investasi. Jika tujuan investasi adalah mempersiapkan dana
pensiun, maka tidak perlu melakukan investasi yang terlalu likuid. Sedangkan
jika kita memerlukannya untuk bulan depan atau tahun depan, maka kita bisa
melakukan investasi jangka pendek yang relatif lebih likuid.
Aktiva
financial adalah aktiva yang lebih likuid daripada aktiva riil.
Contoh :
Sertifikat Deposito lebih mudah
diuangkan dibandingkan dengan investasi property. Mengapa demikian? Karena
nilai aktiva financial-nya lebih mudah diukur sesuai dengan nilai yang tertera
pada portfolio/surat berharga tersebut. Sedangkan nilai pada aktiva riil akan
lebih sulit diukur karena orang akan menilai/melakukan penawaran terhadap
aktiva riil yang dijual sehingga akan terjadi tawar menawar untuk menentukan
nilai atau harga yang pantas.
5.
Pajak
Kebijakan dalam melakukan
investasi diatur oleh pemerintah termasuk dalam hal pajak. Hasil investasi akan dikenakan pajak bukan pada pokoknya, melainkan
pada hasil investasinya. Besar pajak pada investasi di Indonesia ± 20%.
Melakukan perhitungan/melihat
besar kecilnya pajak sebelum melakukan investasi adalah hal yang bijaksana.
Artinya, seorang investor sebaiknya memikirkan terlebih dahulu berapa besar
keuntungan yang bisa didapat dari hasil investasinya, dibandingkan dengan pajak
yang akan dikenakan pada hasil investasinya tersebut. Perhitungan ini akan
membantu investor untuk dapat mengalokasikan dengan tepat instrument investasi
dan pilihan waktu investasi yang akan diambil sehingga ia dapat menentukan
hasil investasi bersih setelah pajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar