Rabu, 20 Juni 2012

Safety Net Financial

ASURANSI

Mendengar hal itu, saya jamin akan BANYAK sekali orang yang tidak tertarik atau merasa belum perlu. Yup, memang benar. Tetapi sepertinya karena banyak yang belum mengerti akan makna dan pentingnya asuransi.

Ada beberapa hal yang dikemukakan beberapa orang tentang asuransi. *hal ini saya dapat dari survey kecil-kecilan tentang pendapat mereka terhadap asuransi*

- Bagi yang belum berkeluarga, BIASANYA mereka kurang tertarik. Ada beberapa yang terpikir untuk membuat asuransi pendidikan bagi anaknya kelak. Tapi itu pun "nanti bikinnya" bukan "saya bikin dari sekarang". Ada juga yang sama sekali tidak tertarik karena memang masih merasa belum perlu membuatnya.
- Bagi yang sudah memiliki anak, BIASANYA mereka lebih tertarik untuk membuat asuransi pendidikan untuk anaknya, daripada asuransi kesehatan/jiwa bagi mereka sendiri. Memang anak lebih berharga daripada diri sendiri. BIASANYA belum membuat polis asuransi pendidikan itu karena income mereka yang belum cukup. "Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sepertinya sudah 'sesak nafas' apalagi untuk bayar polis?"
- Bagi yang sudah berkeluarga, BIASANYA mereka sudah sempat berpikir untuk membuatnya. Tetapi hanya sekedar "berpikir" atau "berniat" bukan "merasa penting". Seperti kebanyakan orang, mereka lebih memilih membuat asuransi pendidikan untuk anak mereka kelak. Berhubung belum dikaruniai anak, ya mereka belum mau membuat asuransi pendidikannya.

Dari beberapa "persepsi" masyarakat akan asuransi di atas, ya kesimpulannya masih banyak yang merasa belum perlu membuat asuransi.

Kalau saya boleh menganalogikan, orang-orang yg masih belum merasa perlu itu seperti..hmmmm seperti orang beli mobil tetapi tidak punya alarm dan kunci stang. Atau seperti orang memiliki rumah tetapi tidak punya gembok pagar. Atau orang yang memiliki 10 pintu di rumah, tetapi tidak punya kunci dari 10 pintu itu.

Punya atau tidak punya, itu TOTALLY keputusan dan hak semua orang. Toh yang memutuskan tidak membeli gembok pagar rumah untuk rumahnya sendiri adalah dirinya sendiri, bukan larangan dari orang lain. Dengan kita memiliki rumah, mobil, atau aset lainnya, baiknya ya sudah mengerti akan resiko dari seluruh aset yang kita punya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita perlu income atau pendapatan, betul? Entah dengan bekerja atau berbisnis (membuka usaha). Kalau income itu dikelola dengan baik, akan menjadi sebuah aset toh. Misalnya dengan mengatur keuangan tiap bulannya, kita sudah bisa memiliki apartemen yang bisa disewakan, atau punya mobil tambahan untuk liburan sekeluarga besar, atau rumah di daerah lain, atau ruko, atau tanah. Nantinya aset-aset itu akan diwariskan toh. Untuk yang sudah punya anak, bisa diwariskan ke anak. Untuk yang belum berkeluarga, bisa digunakan ke keluarga inti (ayah-ibu-kakak-adik). Untuk yang sudah berkeluarga, bisa diwariskan ke pasangan kan.

Pertanyaannya adalah :

Apa yang terjadi JIKA income itu HILANG atau STOP seterusnya?

Pastinya kebutuhan hidup bisa tidak terpenuhi, padahal tanggungjawab ekonomi kita cukup besar. Bagi yang masih single alias lajang, kita pasti bisa memberi uang belanja kepada ibu, tambahan uang untuk membayar listrik, telp, internet, tv kabel, pulsa kedua ortu, atau biaya beli bensin/bengkel ayah. Bagi yang sudah berkeluarga tetapi belum punya anak, pastinya akan lebih besar tanggungjawabnya. Untuk bayar cicilan rumah, bayar cicilan mobil/motor, bayar listrik, bayar telp, bayar iuran bulanan di rumah (misalnya iuran sampah, keamanan, dll), bayar tagihan kartu kredit, beli bahan makanan, liburan weekend, shopping, dan lain sebagainya. Bagi yang sudah memiliki anak, itu akan jauh lebih besar tanggungjawab ekonominya. Karena ada tanggungan anak. Beli susu, beli bajunya, makannya, pendidikannya, hiburannya, dsb.

Terbayang kah kalau orang-orang yang biasanya bergantung pada income kita itu akan mengalami kesusahan atau penurunan daya hidup? Hanya karena kita sudah tidak bisa menghasilkan income lagi. Tega kah kita memutuskan uang belanja untuk ibu yang sudah cukup lanjut usia, tega kah membebankan lagi tanggungjawab ekonomi kepada mereka? Pastinya TIDAK. Itulah pentingnya income yang kita punya. Kalau boleh dianalogikan, kita itu seperti mesin ATM yang bisa sewaktu-waktu mengeluarkan uang. Ortu tiba-tiba meminta kita mengeluarkan uang sekian rupiah. Akan kah kita berikan? Selagi bisa, PASTI kita berikan. Betul?

Biasanya, apa saja sih yang menyebabkan income itu HILANG atau STOP?

1. Bangkrut, bagi yang memiliki usaha.
2. PHK, bagi yang karyawan. (Resign tidak saya masukkan, karena itu berasal dari diri kita)
3. Meninggal dunia (innalillahi...semua makhluk hidup itu PASTI akan kembali pada-Nya. semua orang punya tanggal lahir, tetapi tidak punya tanggal kematian.)
4. (amit-amit, jangan sampai kejadian) Cacat tetap-total.
5. (amit-amit juga deh) sakit kritis

Kalau terjadi poin no.1 dan 2, walaupun mengalami kehilangan atau stop income, pasti kita akan berusaha lagi supaya income itu akan tetap ada. Supaya kebutuhan hidup itu akan tetap berjalan. Tetapi jika yang terjadi adalah poin no.3, 4 dan 5?

Jawabannya cuma 1 : punya mesin "ATM" cadangan.

Fungsinya apa? Supaya kebutuhan hidup itu AKAN TETAP berjalan. Itulah fungsi dari Safety Net Financial.
Menghitung resiko keuangan yang sebanding dengan resiko hidup seseorang atau sebuah keluarga. Kenapa keluarga saja, bukan perusahaan atau badan usaha lain? Karena setiap badan usaha atau perusahaan, memiliki perencanaan keuangan sendiri. Seorang individu atau keluarga belum tentu memiliki perencana keuangan. Bahasa mudahnya adalah, fungsi Safety Net Financial itu adalah untuk membuat mesin ATM cadangan.

*besarnya mesin ATM cadangan setiap orang BELUM TENTU sama --> karena kebutuhan hidupnya belum tentu sama pula*

Kembali lagi dengan sedikit pembahasan di atas, yaitu tentang asuransi.
Apa sih hubungannya Safety Net Financial dengan asuransi?

Pertanyaan bagus. Yup, karena konsep dasar asuransi adalah Safety Net Financial. Kasarnya adalah seperti membuat mesin ATM cadangan tadi. Maaf, bukan karena saya seorang agen asuransi di Prudential, lalu saya lebih mempromosikan dan 'terkesan' hanya Prudential lah yang terbaik di Indonesia. BIG NO. Semua perusahaan asuransi hampir sama, ada kelebihan dan kekurangannya. Jadilah konsumen bijak sebelum memutuskan. Jika Anda sempat ditawari oleh seorang agent dari Prudential misalnya, carilah kekurangan dari produk-produk Prudential. Akan tidak etis tapinya jika ditanyakan langsung ke pihak penjual.

Semua jenis asuransi sebenarnya memiliki konsep yang sama, yaitu menjamin tersedianya keuangan ketika kita tidak bisa mengeluarkannya secara mendadak. Betul, seperti membuat mesin ATM cadangan. Itulah yang kurang dimengerti oleh kebanyakan orang.


Selamat membuat mesin ATM cadangan Anda.
:)

Tidak ada komentar: